Adab Berteman

 

Foto Koleksi Pribadi

A.       Pendahuluan

Sebuah keniscayaan, bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan teman. Dengan kata lain teman adalah kebutuhan yang tidak dapat ditolak. Orang yang tak berteman tidak akan pernah menjadi manusia seutuhnya.

Seorang teman yang baik terkadang bisa melebihi kebaikan saudara sendiri. Hal ini dimungkinkan sebab hubungan antar teman cenderung setara di mana berlaku prinsip menghargai antara satu dengan yang lain.

 

B.       Adab Berteman

1.                    1.   Kategori Manusia

Imam Al Ghazali membagi manusia dalam tiga kategori. Pertama, manusia seperti makanan.  Kita tidak mungkin bisa melepaskan diri dari makanan selama kita masih bernyawa. Artinya, sebagai makhluk sosial, tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Maka, berakhlaklah yang baik agar kita bisa mendapatkan asupan makanan yang baik melalui mua'syaroh kita dengan akhlak yang mulia.

Kedua, manusia seperti obat. Kadang kita butuh saat kita sakit dan kadang kita harus menjauhi obat agar tidak over dosis. Dalam konteks ini, pastikan jangan salah memilih teman sebagaimana jangan salah mendiagnosa penyakit dan akhirnya salah minum obat. Kalau kita salah memilih teman sama dengan salah minum obat, bukannya badan sehat yang kita rasakan, tetapi justru bisa keracunan. Begitu juga saat kita salah memilih sahabat atau teman, bukannya kemaslahatan dan kemanfaatan yang kita peroleh, tetapi justru madharat dan bahaya yang akan kita rasakan.

Ketiga, manusia seperti penyakit. Jauhilah tipe yang ketiga ini. Maka tidak ada pilihan, jangan cari manusia model ini sebagai kawan atau teman, sebab selain pasti akan merusak diri kita, pasti juga akan menularkan keburukannya kepada orang lain. Sebagaimana penyakit yang akan menularkan kepada orang lain kalau kita tidak menjauhi dan mencegahnya.

     2.       Adab Berteman

Imam Al Ghazali juga mengungkapkan, setidaknya ada tujuh adab ketika kita berteman atau melakukan pertemanan.

آدَابُ الْإِخْوَانِ: اَلْاِسْتِبْشَارُ بِهِمْ عِنْدَ الِّلقَاءِ، وَاْلاِبْتِدَاءُ بِالسَّلاَمِ، وَالْمُؤَانِسَةُ وَالتَّوْسِعَةُ عِنْدَ الْجُلُوْسِ، وَالتَّشْيِيْعُ عِنْدَ الْقِيَامِ، وَالْإِنْصَاتُ عِنْدَ اْلكَلَامِ، وَتَكَّرَهُ الْمُجَادَلَةِ فِي الْمَقَالِ، وَحُسْنُ اْلقَوْلِ لِلْحِكاَيَاتِ، وَتَرْكُ الْجَوَابِ عِنْدَ اِنْقَضَاءِ الْخِطَابِ، وَالنِّدَاءُ بِأَحَّبَ اْلأَسْمَاءِ 

Artinya: “Adab berteman, yakni: Menunjukkan rasa gembira ketika bertemu, mendahului beruluk salam, bersikap ramah dan lapang dada ketika duduk bersama, turut melepas saat teman berdiri, memperhatikan saat teman berbicara dan tidak mendebat ketika sedang berbicara, menceritakan hal-hal yang baik, tidak memotong pembicaraan dan memanggil dengan nama yang disenangi.”

 C.      Penutup

Demikianlah ketujuh adab seorang teman sebagaimana nasihat Iman Al-Ghazali. Apabila ketujuh adab ini dapat dipraktikkan dengan baik, tentu hubungan antar teman akan terus berlanjut dengan baik. Bahkan tidak jarang dari hubungan pertemanan atau persahabatan bisa meningkat menjadi hubungan yang lebih dekat lagi.


Penulis : Artanti Laili Zulaiha


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tegas, Kankemenag Purbalingga Berbicara Moderasi Beragama

Moderasi Beragama